Perusahaan susu asal Belanda PT Frisian Flag indonesia telah meresmikan Dairy Village, yakni sentra produksi susu peternak rakyat terintegrasi. Hasil dari produksi tersebut seluruhnya akan diserap oleh Frisian Flag Indonesia. Proyek tersebut didanai Pemetinrah Belanda dan diharapkan menjadi areal percontohan desa susu sapi perah nasional.
Presiden Direktur FFI Maurits Klavert mengungkapkan bahwa desa susu ini telah menyewa lahan dari PTPN VIII di Ciater, Subang dengan menggunakan fasilitas pendanaan dari Kementerian Luar Negeri Belanda yang dijalankan oleh Agensi Perusahaan Belanda.
Desa susu memiliki kepasitas tampung hingga 100-130 sapi dan mengintegrasikan peternakan, rumah perah, tangki pendinginan dan fasilitas pengolahan kotoran sapi. Terdapat fasilitas pelatihan dan workshop bagi masyarakat maupun ihak yang ingin mempelajari pola produksi ala FFI di desa tersebut.
FFI merupakan bagian dari konsorsium Royal FrieslandCampina yang berada di Balanda. Proyke di Ciater tersebut menggunakan bantuan dana pemerintah Belanda melalui program Fasilitas untuk Kewirausahaan dan Keamanan Pangan Berkelanjutan.
Maurits mengungkapkan bahwa pihaknya berharap bahwa pihaknya dapat meningkatkan komposisi susu yang diolah oleh dalam negeri. Menurutnya jika dilihat secara umum maka produksi susu oleh industri pengolahan mayoritas selama ini masih menggunakan komponen impor. Terdapat sekitar 80% pengadaan masih dari luar negeri dan untuk proses dalam negeri baru mencapai 20%.
Desa susu terintegrasi diharapkan dapat mengatasi kebutuhan susu segar yang diproduksi Frisian Flag Indonesia. Selain itu dengan pembangunan ini diharapkan dapat menarik stakeholder untuk berani berinvestasi di program serupa. Selain meningkatkan kebutuhan susu juga untuk meningkatkan perekonomian masayrakat daerah. Jumlah peternak yang bekerja terdiri dari lima orang dan setiap orang memiliki 3-4 sapi.
Untuk target jangka panjang, peternak terlibat dalam program ini memiliki delapan sapi dari sebelumnya 2-3 sapi. Nantinya peternak akan mendapatkan gajo sharing profit dari peternak tersebut.
DDP dan FDOV project manajer FFI Akhmad Sawaldi mengungkapkan bahwa biaya pembangunan desa akan menghabiskan Rp 16 miliar.