Pemerintah berencana menerapkan standar Euro 4 untuk harga BBM (bahan bakar minyak) di seluruh Indonesia pada 2028. Langkah tersebut dinilai akan berdampak pada kenaikan harga BBM, baik bensin maupun solar, sekitar Rp500 per liter.
Menurut Analis Senior III Perencanaan Strategis RDMP PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Yesay Setiawan penerapan standar Euro 4 yang menetapkan kontaminan maksimal 50 parts per million (ppm) memerlukan investasi besar pada kilang.
“Makin rendah kadar kontaminan, makin tinggi biaya produksi dan investasi yang dibutuhkan,” ujar Yesay dalam diskusi Analisis Dampak Kebijakan Pengetatan Standar Kualitas BBM yang digelar IESR pada Rabu (20/11).
Untuk mencapai standar Euro 4, Pertamina mempersiapkan fasilitas seperti diesel hydrotreating (DHT) untuk solar rendah sulfur dan gasoline sulphur hydrotreater (GSH) untuk bensin rendah sulfur di beberapa kilang.
Kilang Balikpapan dan Cilacap akan dilengkapi dengan DHT, sedangkan GSH akan diterapkan di Kilang Plaju dan Balongan. Targetnya, sebagian fasilitas ini akan mulai beroperasi pada 2025—2026.
Investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan kilang diperkirakan mencapai USD 2-3 miliar atau setara Rp31,71—47,56 triliun. Yesay menambahkan bahwa kenaikan harga BBM tersebut diperkirakan akan berdampak pada inflasi, yang diprediksi mencapai 0,25% pada awal penerapan dan stabil di 0,21% setelah 10 bulan.
Namun, manfaat dari penerapan Euro 4 juga signifikan. Analis Senior IESR, Julius Christian mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut berpotensi menghemat anggaran subsidi BBM hingga Rp86,3 triliun secara kumulatif pada 2025—2028. “Peningkatan kualitas bahan bakar juga akan berdampak positif pada lingkungan dan kesehatan,” ujarnya.
Penerapan standar Euro 4 diharapkan mampu meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi emisi, meski konsekuensinya adalah kenaikan harga BBM yang harus ditanggung oleh konsumen.
Demikian informasi seputar kenaikan harga BBM pada tahun 2028. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Indopreneur.Org.