Beberapa Investor asing asal Arab Saudi dan Turki menjalin kerjasama dengan pemerintah Bali untuk mengelola sampah menjadi energi di kawasan Bali.
Bertemu dengan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, para investor mengaku tertarik dengan peluang kerjasama antara keduanya.
Dalam kerjasama yang akan dibangun oleh keduanya mengaku akan melakuakn pengelolaan sampah menjadi salah satu tenaga terbarukan berupa listrik.
Sebelumnya memang sudah ada beberapa pihak yang menawarkan dan sempat berdiskusi dengan pemerintah untuk melakukan hal serupa namun gagal ditengah jalan.
Menurut Made Mangku Pastika beberapa hal yang menjadi kendala bagi para investor adalah tentang kebijakan nasional yang mematok harga pembelian listrik terlalu rendah, oleh karena itu banyak pengusaha dan investor asing yang membatalkan kerjasam tersebut karena menurut mereka pehitungan ekonomi tidak masuk sebagai untung bagi perusahaan.
Sampah mempang menjadi permasalahan pelik bagi Bali, sampah setiap tahunya di kawasan Bali selalu bertambah banyak. Peningkatan jumlah sampah di kawasan Bali berasal dari dalam Pulau Bali atau sampah kiriman dari Pulau Jawa.
Pengelolaan sampah di Bali yang masih kurang maksimal dirasa sangat menggangu kegiatan dan jalanya kegiatan ekonomi salah satunya dari sektor pariwisata.
Pariwisata sendiri menjadi salah satu andalah pendapatan daerah dan masyrakat Bali, citra akan pulau indah akan tercoreng dengan adanya sampah yang menggunung.
Inilah yang menjadi konsen pemerintah Bali dengan menjalin kerjasama dengan Chairman of the Board Alsharif Group Holding yang membawahi Alsharif Energy Company, Alsharif Faizn sebagai perusahaan yang sudah menjalin berbagai kerjasama dan menyelesaikan proyek besar mengenai energy.
Sebelumnya para pengusaha dan Investor dari asal Arab Saudi dan Turky sudah bertemu dengan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan menteri terkait untuk membicarakan Investasi pengelolaan sampah dan energy.
Bentuk kerjasama ini diharapkan oleh Made Mangku Pastika selaku Gubernur Bali berjalan dengan lancar dan berkesinambungan.
Jangan sampai kerjasama ini akan gagal kembali seperti kerjasama dengan beberapa pihak sebelumnya yang selalu menemukan titik buntu dan gagal.