Sejak September 2021, negara-negara Eropa telah menghabiskan 792 miliar euro untuk menangani krisis energi. Hal ini disebabkan oleh disetopnya pasokan energi dari Rusia yang menyebabkan lonjakan biaya energi bagi rumah tangga dan perusahaan di Eropa. Anggaran ini naik dari proyeksi sebelumnya pada November 2022, yakni 706 miliar euro, karena persiapan negara-negara Eropa menjelang musim dingin.
Jerman adalah negara dengan pengeluaran energi terbesar, hampir 270 miliar euro, sedangkan Inggris, Italia, dan Prancis masing-masing merogoh kurang dari 150 miliar euro. Alokasi Eropa untuk mengatasi krisis energi ini setara dengan dana pemulihan COVID-19 Uni Eropa sebesar 750 miliar euro pada 2020.
Namun, ada debat tentang proposal Uni Eropa terkait bantuan negara bagi perusahaan yang mendorong proyek teknologi hijau. Beberapa analis meminta aturan ini dilonggarkan agar tidak mengganggu pasar internal Eropa. Terlebih lagi, negara-negara Eropa perlu mengubah kebijakan untuk mengendalikan harga energi di tingkat end user agar tidak kehabisan ruang fiskal untuk pendanaan yang sebesar itu.
Krisis energi di Eropa telah menunjukkan betapa pentingnya sumber daya energi yang stabil dan berkelanjutan bagi ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perusahaan dan pemerintah Eropa perlu bekerja sama untuk mengembangkan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk krisis energi di masa depan. Ini bisa termasuk pengembangan teknologi energi terbarukan, diversifikasi pasokan energi, dan kebijakan energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.