Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menepis anggapan bahwa Indonesia terlalu bergantung pada China dalam ekspor produk turunan nikel. Menurutnya, Indonesia tetap terbuka terhadap negara-negara lain dalam hal perdagangan. Namun, ia tidak menyangkal bahwa ekspor ke China mencapai angka yang signifikan, sekitar US$20 miliar atau sekitar Rp312 triliun.
“Anggapan itu keliru. Ekspor kita ke China sekitar US$20 miliar, namun itu tidak berarti kita tergantung pada China. Indonesia membuka peluang perdagangan dengan siapa pun,” ujar Bahlil kepada wartawan di Jakarta Selatan, Rabu (14/2/2024).
Bahlil menjelaskan bahwa Indonesia telah menjalin kontrak jangka panjang dengan China, tetapi hal ini tidak menjadikan Indonesia bergantung sepenuhnya pada negara tersebut soal ekspor produk turunan nikel. Indonesia tetap membuka peluang bagi negara-negara lain untuk melakukan perdagangan.
“Iya, kita punya kontrak jangka panjang dengan China, tapi itu tidak membuat kita bergantung padanya. Indonesia terbuka untuk melakukan perdagangan dengan negara mana pun,” tambahnya.
Selain ekspor produk turunan nikel, Bahlil juga menyoroti pencapaian ekspor produk garmen ke Amerika Serikat yang mencapai US$10 miliar. Dia juga memamerkan surplus perdagangan Indonesia yang telah bertahan selama sekitar 40 bulan berturut-turut.
Bahlil juga mengomentari tentang investasi di Indonesia yang cenderung berfokus pada sektor padat modal daripada padat karya. Meskipun demikian, ia mengakui pentingnya investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja, terutama dalam sektor UMKM.
“Banyak investasi yang lebih padat modal daripada padat karya. Namun, kita perlu meningkatkan keterampilan sumber daya manusia (SDM) agar dapat menghadapi tantangan tersebut. SDM yang memiliki keterampilan akan mendapatkan penghasilan di atas Rp10 juta,” jelasnya.
Bahlil juga menekankan bahwa investasi tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga menciptakan pendapatan bagi negara serta mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai kawasan baru. Dengan penjelasan dari Bahlil Lahadalia, harapannya anggapan bahwa Indonesia terlalu bergantung pada China dalam ekspor produk turunan nikel dapat tereduksi, sementara kesadaran akan pentingnya investasi dalam menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.
Demikian informasi seputar perkembangan ekspor produk turunan nikel di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Indopreneur.Org.