PT PLN resmi mengoperasikan Gardu Induk Pangkalan Bun 150 kilo Volt. Pengoperasian tersebut bertujuan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Tengah, khusunya di Kabupaten Kotawiringin Barat.
Dengan pengoperasian tersebut diharapkan kondisi kelistrikan Kalimantan Tengah akan semakin handal. Ini dikarenakan sistem kelistrikan Pangkalan Bun terhunung dengan sistem kelistrikan Barito – Mahakam (Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur) yang saat ini memiliki surplus daya mencapai lebih dari 200 Mega Watt.
Pasokan listrik Pangkalan Bun sebelumnya disuplai sistem kelistrikan yang terpisah, dimana suplai kelistrikan sepenuhnya mengandalkan Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan daya mencapai 33,65 Mega Watt (MW).
Dengan sistem interkoneksi tersebut maka suplai utama dari kelistrikan di Pangkalan Bun akan disuplai langsung dari Sistem Interkoneski Barito – Mahakam.
Direktur Bisnis Regional Kalimantan PLN Machnizon Masri mengungkapkan bahwa suplai utama listrik langsung dari Sistem Barito – Mahakam tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan listrik di masyarakat di Pangkalan Bun, namun untuk memenuhi kebutuhan energi listik bagi calon investor di Kabupaten Kotawaringin Barat dan wilayah sekitarnya.
Machnizon menjelaskan bahwa suplai utama sistem kelistrikan barito dipastikan mampu memenuhi permintaan kebutuhan energi listrik dalam jumlah yang besar baik untuk pelaku investasi maupun di bidang industri.
Gardu Induk Pangkalan Bun yang telah beroperasi menjadkan PLN dapat menurunkan Biaya Pokok Produksi Penyediaan (BPP) listrik di Kotawaringin Barat yang berasal dari PLTD berbahan bakar High Speed Diesel mencapai Rp 363 juta per harinya. Dengan demikian maka PLN menghemat Rp 130 miliar per tahun.
Machnizon menambahkan baha pihaknya juga memiliki misi untuk menjadikan listrik sebgai upaya untuk mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Selain itu, masayarakat juga akan mendapatkan kemudakan energi listrik sehingga akan memudahkan dalam berbisnis.
Semakin mudah investor mendapatkan energi listrik maka akan semakin mudah pula mereka berinvestasi. Menurut laporan dari Bank Dunia, Ease of Doing Business di Indonesia dalam kemudahan mendapatkan energi listrik tumbuh setiap tahuunya dari peringkat 61 ke peringkat 38.