Tjandra Limanjaya Metal Mining Investor Relations 2021

Tjandra Limanjaya Metal Mining Investor

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun lalu tidak begitu berpengaruh terhadap sektor pertambangan mineral logam. Menurut Tjandra Limanjaya selaku investor di berbagai industri, sektor pertambangan masih menjadi penggerak utama roda perekonomian nasional. Berbeda dari sektor lain seperti pariwisata maupun ritel yang sangat berdampak adanya Covid-19.

Meski sektor pertambangan tidak sepenuhnya terpengaruh akibat Covid-19, namun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 belum sepenuhnya pilih. Diperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berada di level tiga persen. Faktor yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi antara lain belanja masyarakat masih belum stabil, laju kredit perbankan masih tertekan, dan proses vaksinasi yang membutuhkan waktu lama.

“Sektor pertambangan tidak terpengaruh Covid-19, namun pertumbuhan ekonomi masih belum stabil. Ini wajar karena hampir semua negara mengalami kondisi tersebut” ungkap Tjandra Limanjaya.

Sejak beberapa bulan lalu Indonesia mengalami resesi setelah pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 3,49 persen pada kuartal III 2020. Itu menunjukan bahwa ekonomi minus selama dua kuartal secara berturut-turut dari sebelumnya yang negatif 5,32 persen pada kuartal II 2020.

Dalam menyikapi resesi ekonomi tersebut para investor memang harus jeli dalam melakukan investasi. Pertumbuhan ekonomi menjadi satu alasan karena itu merupakan cerminan dari perekonomian suatu bangsa. Namun, tidak semua sektor terdampak resesi ekonomi. Seperti yang dijelaskan Tjandra Limanjaya, sektor pertambangan masih aman dan dapat menjadi pilihan yang tepat untuk melakukan investasi.

Investasi Sumber Daya Alam Logam

Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti mineral, logam, dan batubara. Bagi para pengusaha yang ingin melakukan investasi di sektor tersebut tentu masih memiliki peluang yang terbuka lebar.

Sekedar informasi, berikut beberapa sumber daya alam logam yang baik untuk investasi di Indonesia.

  • Bijih Besi

Logam ini berwarna hitam mengkilat dan umumnya digunakan sebagai campuran pada industri semen. Lokasi pertambangan bijih besi banyak ditemukan di wilayah Nusa Tenggara Barat, Papua, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan Selatan. Sementara untuk penggalian pasir besi paling banyak di wilayah Cilacap (Jawa Tengah).

  • Timah Putih

Ini merupakan logam yang umumnya berwarna putih dan memiliki keunggulan tahan karat. Biasanya jenis logam ini dimanfaatkan pada industri mesin. Wilayah pertambangan timah putih paling banyak ditemukan di Singkep dan Pulau Belitung.

  • Bauksit

Merupakan bijih logam alumunium, yakni jenis logam yang ringan dan anti karat. Umumnya, bauksit berbentuk lumpur dan dilakukan peleburan hingga diperoleh logam aluminium. Pertambangan jenis logam ini banyak ditemukan di wilayah Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, dan Kepulauan Riau.

  • Nikel

Merupakan logam yang paling sering digunakan sebagai bahan campuran bahan baku logam antara lain kuningan, besi dan perunggu. Nikel juga digunakan sebagai bahan pembuat bateri kendaraan bermotor. Daerah penghasil Nikel terbesar di Indonesia berada di wilayah Sulawesi Selatan, Papua, dan Sulawesi Tenggara.

  • Tembaga

Tambang tembaga paling besar di Indonesia berada di wilayah Papua. Tambang Grasberg yang terdapat di Papua menjadi tambang tembaga terbesar ketiga dunia. Ini merupakan tambang milik Freeport.

  • Emas dan Perak

Jenis logam yang satu ini banyak ditemukan di wilayah Banten Selatan dan Jawa barat, Sulawesi Selatan, Papua, Kalimantan Selatan, dan Klimantan Barat. Emas merupakan logam yang masuk dalam golongan vital.

Baca juga:

Tjandra Limanjaya: Saham pertambangan logam masih menarik

Indeks saham pada sektor pertambangan memiliki kinerja bagus dibanding sektor lain. Hal ini dapat dilihat sepanjang tahun 2020, koreksi indeks sektor pertambangan termasuk yang paling minim, hanya pada angka 7,88 persen.

Tjandra Limanjaya menyebutkan bahwa kinerja positif pada saham pertambangan banyak terjadi di semester II 2020 meski pandemi telah melanda Indonesia. Kenaikan harga saham tersebut terjadi karena naiknya harga komoditas dan sentimen yang terjadi di dalam negeri seperti rencana pembentukan holding Indonesia Battery dalam upaya pengembangan industri baterai kendaraan listrik. Efek lain yang mempengaruhi saham pertambangan naik adalah harga emas yang masih tinggi. Dengan pulihnya kondisi global, sektor pertambangan khususnya metal akan terus menguat.

Semantara pada tahun 2021 ini, komuditas pertambangan memasuki periode bullish jangka panjang atau dikenal dengan istileh super cycle. Tren kenaikan mulai terlihat setelah resesi hebat di tahun 2020.

Menurut Tjandra Limanjaya selaku pengusaha yang banyak melakukan investasi di sektor pertambangan dan memiliki banyak pengalaman di dunia bisnis menyebutkan bahwa dalam 227 tahun terakhir terdapat 6 kali periode super cycle di sektor komoditas yang terjadi setelah resesi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga komoditas naik seperti dollar AS yang lemah, suku bunga acuan rendah, serta pembangunan infrastruktur yang mempermudah akses dalam industri pertambangan.

“Pada tahun 2020, biji besi dan baja mengalami kenaikan karena tingginya permintaan dari manufaktur China. Sementara pada tahun 2021 diproyeksikan tembaga menjadi komoditas yang akan mengalami kenikan cukup pesat” ujar Tjandra Limanjaya.