Realisasi Investasi NTT Tinggi, Menghitung Peluang ke Depan

Selama tahun 2019, realisasi investasi NTT mencapai angkat Rp6,4 triliun lebih. Hal tersebut berarti melampaui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebesar 125,47 persen. Adapun target RPJMD tahun 2018–2023 adalah sebesar Rp5,14 triliun.

Menghitung Investasi NTT yang Melebihi Target

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Provinsi NTT, Marsianus Jawa, menyatakan pola investasi di NTT. Diketahui sepanjang 2019 investasi terdiri dari realisasi penanaman modal asing (PMA) sebanyak Rp2,6 triliun lebih, dan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN)  mencapai Rp3,8 triliun lebih.

Secara lebih rinci diketahui jumlah proyek atau variasi kesibukan investasi di NTT sebanyak 661 proyek, yang terdiri dari 298 proyek PMDN dan 363 proyek PMA. Seluruh proyek tersebut tersebar di 22 kabupaten atau kota di NTT.

Sektor Pariwisata, Investasi yang Dominan di NTT

Di NTT, investasi di sektor pariwisata secara khusus didominasi perhotelan. Angka investasi tersebut memiliki nilai yang fantastis, di Kota Kupang Rp1,4 triliun, Labuan Bajo (Kabupaten Manggarai Barat) Rp1,5 triliun, Sumba Timur Rp1,4 triliun.

Terkait dengan berkembangnya investasi di NTT, pengamat ekonomi Fakultas Ekonomi UKAW Kupang, Dr Frits O Fanggidae melakukan evaluasi secara kuantitas terhadap realisasi investasi di NTT tahun 2019.

Fanggidae menyatakan jika capaian realisasi investasi yang mencapai nilai Rp6,4 triliun lebih adalah sebuah pencapaian yang baik. Hal tersebut dikarenakan NTT memerlukan investasi untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Perlu Sinergi dari Hulu Menuju Hilir

Investasi masif di NTT juga berimbas pada penciptaan lapangan usaha dan peluang kerja produktif. Fanggidae juga menekankan perlu adanya sinergi yang dibuat untuk menggerakkan kegiatan ekonomi produktif secara terintegrasi.

Dibutuhkan rangkaian kegiatan ekonomi yang mengalir dari hulu (produksi/budidaya) ke sektor pengolahan (inermediate) dan berakhir di hilir (pasar). Hal tersebut dikarenakan penciptaan poin tambah dan pelipatgandaan pekerja terjadi di sepanjang rantai ekonomi hulu menuju hilir.

Terkait investasi NTT yang dominan di sektor pariwisata,  Fanggidae menyatakan pentingnya untuk melakukan analisa ke belakang. Salah satunya adalah dengan assesment guna menemukan kegiatan ekonomi yang perlu dioptimalkan sepanjang hulu hingga hilir.